NALURI KEIBUAN MENAUTKAN SEMUA MAKHLUK

Seorang naturalis memberikan 21 telur ayam mutiara yang ditemukannya kepada seekor induk ayam hanya untuk melihat apa yang akan terjadi. Telur yang kecil, bercangkanag keras ini jauh sekali berbeda dengan telur ayam. Tetapi induk ayam, mengambil alih tugas ini sepebuh hati dan berusaha merawat semua 21 telur tanpa tanda-tanda protes. Sebagai produk dari pikiran konvensional kita yang terkondisi tentang ayam, saya semula menganggap bahwa dia melakukannya hanya karena dia terlalu bodoh untuk memperhatikan bahwa mereka bukan telurnya sendiri. Ketika anak-anak ayam menetas, dia sama sekali tidak kelihatan terganggu dengan fakta bahwa mereka bukan anak-anaknya. Bentuk mereka yang menunjukkan seperti-ayam-hutan kecil dan caranya yang tak lazim nyata sekali tidak menimbulkan masalah baginya. Sekali lagi, saya berpikir dia hanya terlalu dungu untuk memperhatikan bahwa mereka bukan anaknya. Tetapi ternyata saya salah. Dia jauh lebih terhubung dengan realita daripada yang saya ketahui. Setelah beberapa hari anak ayam menetas, dia membawa mereka pergi ke semak-semak yang rimbun. Bukannya menyuruh mereka memakani biji-bijian biasa seperti yang diberikan kepada anak-anak ayam, dia menggaruk-garuk sarang semut mencari pupa putih. Ayam tidak makan seperti ini, tapi bagi ayam mutiara pupa adalah makanannya! Anak-anak kecil ini tentu menyerbu makanannya dengan senang hati.

Bagaimana dia bisa tahu?
Intelegensia bentuk apa yang sedang ditunjukkannya?
Apakah barang kali dia begitu terhubung untuk bisa menerima semacam pesan dari psikis kolektif mereka?
Hal ini lebih dari yang bisa dilakukan oleh manusia!


Pada kesempatan lain, seorang naturalis memberi seekor induk ayam beberapa telur bebek. Dia merawat mereka dan menetaskan mereka seakan mereka semua adalah anak-anaknya sendiri, tetapi tidak terganggu sama sekali ketika yang muncul adalah anak-anak bebek dari kerja kerasnya dan bukan anak-anak ayam. Meski begitu tercengangnya dia dalam situasi tersebut, namun dia maju melakukan seusatu yang baik dia maupun ayam lain di daerah itu belum pernah lakukan. Dia berjalan ke arah papan yang menejmbatani sungai. Kemudian, berkotek-kotek, dia mengundang anak-anak bebek ini masuk dalam air.

Bagi saya ini adalah misteri bagaimana induk ayam bias tahu apa yang perlu dilakukan untuk bayi yang mereka tetaskan dari spesies lain. Tetapi entah bagaimana mereka tahu. Tampkanya ketika berbicara tentang ‘berteduh di bawah sayap seseorang’ dengan tepat kita merujuk kepada perawatan yang luar biasa dan jenis asuhan yang sensitive.


Hidup tercerai dari alam seperti yang sayangnya dialami oleh kebanyakan kita, kita mungkin tidak mempunyai banyak pengalaman pribadi dngan ayam lagi, dan dengan demikian mungkin tidak tahu betapa luar bisanya induk ayam. Tetapi sepanjang catatan sejarah induk ayam menjadi symbol tertinggi bagi pengansuhan yang terbaik. Malah orang-orang Roma begitu menghargai kualitas maternal induk ayam sehingga mereka sering menggunakan frase ‘anak-ayam’ untuk merujuk orang yang beruntung dan mendapat perhatian yang baik.



Sumber : Info Vegetarian halaman 13 edisi VI/2010
Diet For A New America oleh John Robbins
foto by Google

Comments

  1. wuah....postingan yang bagus mbak...
    saya suka....
    Fakta ini setidaknya mengingatkan bahwa eksistensi saya di dunia ini pada dasarnya adalah sebagai bagian dari ciptaan (creature).
    Mungkin ini bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia yg lupa akan naluri menjadi manusia dan naluri memanusiakan orang lain.....
    ^^

    ReplyDelete
  2. really inspiring me..
    maturnuwun sampun share..
    salam..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts