Aku Bukan Pelacur
Hidupmu terlalu pelik untuk dipenuhi ketidaksempurnaan yang gelap.
Atau mungkin kekalahan pada dirimu yang kamu buat sendiri?
Aku mencoba mengais-ngais sisa harapan yang sudah mulai mengabu.
Haruskah kemudian aku membakarnya agar menyala penuh cahaya kemudian padam?
Aku, entah siapa yang menyalahi keadaan.
Aku tak pernah merasa memindahkan triliyunan rasa yang masih manis hinggap tanpa cela ke dermaga lain yang mungkin lebih megah.
Kemewahan yang mungkin terlihat bukan hal yang semata mudah untuk aku iyakan.
Aku bukan perempuan tanpa makna yang mengemis maha cinta demi beribu brankas berisi lembaran rupiah merah.
Aku bukan seperti perempuan pelacur,
Yang rela menelanjangi harga diriku untuk sekilat kerlingan atau pun sekelumat ciuman.
Aku bukan perempuan yang membuka selangkangan lalu meminta mereka menjilatnya lalu menjejalkan logam-logam emas di belahan dadaku.
Entah.
Entah apa yang ada di setiap sudut otakmu,
Sehingga tak ada kejernihan cinta di dalamnya.
Sehingga tak mampu lagi merasakan kekuatan cinta yang aku bahkan sangat menikmatinya.
Aku tak tahu.
Entah.
Mungkin bagimu aku terlalu munafik.
Yang suatu saat akan meninggalkanmu, padahal seekor anjing buta pun mengerti aku mampu saja meludahimu kapan saja dan pergi mencari berlian yang lebih abadi.
Tapi aku bukan perempuan yang hanya membutuhkan cinta.
Hanya perlu kamu tahu saja,
Aku hanyalah perempuan yang membutuhkan tenang dan nyaman.
Bahkan ketika kamu tak sedang bersamaku.
Mereka, bukan dan bahkan tidak mungkin akan menggantikanmu.
Mereka, hanyalah mereka yang mencoba membuatku tersenyum ketika kamu tak sempat memberikan waktumu untuk sekedar mengerti aku.
Yogyakarta
26 November 2014
20:39
Photo by: google
i like...
ReplyDelete