SAJAK KECIL DI AMBANG JENDELA

Berdiri diantara dua tambang emas besar memang rumit.
Apalagi ketika diharap mendapatkannya satu.
'Aku suka dua-duanya. Aku menginginkan semua.'

Ada beberapa orang muncul.
Dan berkata, celoteh, cerita.
'Anda bisa memilah dalam hitungan waktu. Juga mungkin dari pemilik tambang emas itu.'

Aku bingung dan lelah.
Jujur saja, aku tak paham.
Udara panas makin menyengat kulitku.
Matahari terkekeh mungkin. Karena aku mendengarnya, "Berpikir seperti itu lama? Jika kamu memilih yang kanan, itu tambang emas murni. Dan yang kiri, hasilnya hanya lapis emas. Berpikir di balik kaca jendela itu panas. Bodoh!"

Aku makin bingung.
Kuputuskan menggunakan waktu sebagai kejujuran terjujur.
Ternyata..
Pemiliknya itu jujur dan tidak jujur.
Juga tidak berpikir peka tentang cinta dan kasih sayang yang tulus dari pegawainya.
Pemiliknya itu bersyukur lalu menjaganya dan yang satunya lagi hanya selalu saja melihat rumput tetangga lebih hijau.
Pemiliknya menghargai hasil karya pegawainya dan yang satu hanya memandang atau mungkin malas berucap.

Jika sudah begini tampaklah kontras dengan segala kebodohan kontroversionalku.

Aku ini mau berpikir apalagi?
Semua tampak jelas.
Tapi aku tetap saja menginginkan dua-duanya.
Hah! Sifat manusia lagi : Rakus.

Aku malah jijik dengan pikiranku yang lama.
Atau mungkin memang sudah autis..?

Berpihak dan memilih ternyata tidak mudah.
Bahkan ketika mata sudah terbeliak besar dan paham.
Memang bodoh..


April 11, 2009
grandma's living room.
08.28 am.

Comments

Popular Posts