HELL HIM
Sebuah kesedihan memikat erat di pelupuk mata.
Remukan mawar putih dan merah hampir tak ada bedanya.
Hanya saja durinya tak lagi nampak nyata.
Aku mengisak pelan di kelengahan bimbangku.
Ingin berbait keras menjunjung kelanaku.
Tapi aku meraung-raung.
Hanya itu.
Kerinduan memburu-buru menghujam hebat.
Tanpa ada titik persembahan yang sempurna,
aku tidak diizinkan mencintainya.
Mengenangnya pun haram bagiku.
Kenajisan luar biasa melebihi otak-otak biadab para tiran.
Aku menggelayut dalam egoku.
Mencarinya kembali dalam lubang-lubang di lempengan otakku yang tak pernah bisa menyatu dengan hati.
Saat ini aku berteriak,"kembali!"
dia mendengar, tersenyum menjulur diam, lalu berpaling.
Nampaknya aku lebih murah dari tai anjing itu.
Siapa bilang aku memakan jiwanya?
Dia yang memberikan tainya dan menjejalkanku ke dalam mulut penuh laknat.
Aku terdiam dan tertawa.
Aku tak menyukainya.
Sungguh.
-ayuuu-
oct 18th, 2009
11:11pm
Remukan mawar putih dan merah hampir tak ada bedanya.
Hanya saja durinya tak lagi nampak nyata.
Aku mengisak pelan di kelengahan bimbangku.
Ingin berbait keras menjunjung kelanaku.
Tapi aku meraung-raung.
Hanya itu.
Kerinduan memburu-buru menghujam hebat.
Tanpa ada titik persembahan yang sempurna,
aku tidak diizinkan mencintainya.
Mengenangnya pun haram bagiku.
Kenajisan luar biasa melebihi otak-otak biadab para tiran.
Aku menggelayut dalam egoku.
Mencarinya kembali dalam lubang-lubang di lempengan otakku yang tak pernah bisa menyatu dengan hati.
Saat ini aku berteriak,"kembali!"
dia mendengar, tersenyum menjulur diam, lalu berpaling.
Nampaknya aku lebih murah dari tai anjing itu.
Siapa bilang aku memakan jiwanya?
Dia yang memberikan tainya dan menjejalkanku ke dalam mulut penuh laknat.
Aku terdiam dan tertawa.
Aku tak menyukainya.
Sungguh.
-ayuuu-
oct 18th, 2009
11:11pm
Comments
Post a Comment